Jamming.......Anda berani mencoba?

Dalam kondisi serta peran organisasi yang terus berkembang, cenderung berfluktuatif, dan tidak menentu sekarang ini, maka saya pikir sebaiknya kita melakukan jamming. Tom Peter, mengungkapkan bahwa perubahan yang serba cepat dan cenderung kacau itu pertanda zaman edan. Sehingga, disukai atau tidak disukai, kita harus berani akrab dengan kekacauan. Saya yakin, jika kita punya keberanian yang besar untuk melakukan jamming akan sangat mungkin membantu organisasi kita untuk terus berkembang. jamming itu identik dengan improvisasi, inilah yang akan memunculakan banyak ide-ide baru yang kreatif dan inovatif.
Dan hal ini akan sangat menguntungkan bagi kemajuan organisasi kita.

Hanya masalahnya sekarang adalah, apakah “pemain lain” atau katakanlah para pengurus dari ketum sampai ke depertemen kita itu bisa kompak atau tidak dalam melakukan jamming. Saya berpendapat bahwa jamming akan berhasil, jika dibawahnya kompak. Ini penting. Mengingat, bahwa setiap ketum maupun pengurus adalah mitra kreatif dalam organisasi kita. Dengan begitu, kita sebagai pelaku organisasi akan lebih siap menghadapi setiap perubahan, dan akan lebih siap lagi mengatasi krisis, jika kita berhasil melakukan jamming.
Memang, tidak setiap ketum organisasi itu berani melakukannya. Antara lain, karena masih adanya perasaan takut dengan munculnya perubahan. Masih adanya keinginan untuk mempertahankan status quo. Tapi, saya pikir, jika sesuatunya tidak jelas kedepan, maka lebih baik jamming. Sehingga, kita akan lebih bisa leluasa untuk bertindak luwes dalam berorganisasi pada situasi apapun. Jamming atau improvisasi menurut saya, bukanlah seni ynga hanya dimiliki musisi jazz. Tapi jamming juga harus dimiliki oleh orang-orang dalam berorganisasi yang memiliki intuisi yang tajam. Dan, kalaupun misalnya, ketum atau pengurus kita juga melakukan jamming dengan melontarkan ide-ide kreatif yang dapat dilaksanakan, itu juga positif. Anggap saja, ide-ide kreatif yang berbeda-beda dalam berorganisasis kita seperti bunga yang berwarna-warni yang semerbak harum baunya. Namun, tentu saja semua ide-ide organisasi itu kreatif itu harus tetap terkoordinasi dengan baik. 

Pendeknya, kita sebagai pelaku organisasis harus bisa memimpin atau megkoordinasikan semua itu hingga tetap satu tujuan / frame walaapun berbeda jalan untuk menggapainya. misal Kita lihat saja, bagaimana para musisi jazz itu mampu bermain dalam sebuah struktur. Mereka bersepakat tentang siapa yang akan bermain, dan kapan memulainya. Karena ada yang memimpin, maka mereka menjadi kompak, sehingga melahirka irama-irama musik yang terdengar merdu. Sebaliknya, jika terjadi ketidak kompakan itu justru akan menimbulkan kebisingan. Sebab, musik jazz sebagimana halnya berorganisasi memang menggambarkan serangkaian perilaku kita yang seimbang. Artinya setiap permainan walaupun eksperimental, namun kesemuanya tetap masih bisa diatur sedemikian rupa. Begitu juga dalam berorganisasi separah seperti apapun keadaannya pasti masih bisa di perbaiki. Saya rasa “permainan-permainan” semacam ini akan sangat mungkin terjadi.  Ada baiknya, hal itu janganlah sebagai hambatan didalam kita menggeluti dunia organisasi karena kita mahasiswa yakusa. Tapi, justru hal itu akan lebih membuat kita dinamis, penuh semangat, dan tekun dalam berorganisasi. Oleh karena itu, di era global yang terus menerus menuntut kita untuk melakukan hal-hal baru secara lebih cepat seperti sekarang ini, ada baiknya selalu melakukan jamming. Anda berani mencoba?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kesuksesan didepan mata selama anda yakusa

Posting Komentar