Wacana Mahasiswa



Terorisme dan Implikasinya bagi Ideologi

KEMEREBAKAN pengeboman di Indonesia membuat aparat keamanan harus siap siaga. Presiden Megawati melalui negara-negara ASEAN bekerja sama memerangi aksi terorisme internasional. Pernyataan ada terorisme internasional akhirnya diungkapkan pula oleh aparat kepolisian. Padahal, Duta Besar AS sudah lama mengungkapkan, Indonesia membiarkan terorisme internasional berkembang, yang pada saat itu dianggap tidak beralasan.
Persoalannya, apa batasan terorisme dan kepada siapa cap terorisme ditujukan? Contoh nyata penggunaan istilah terorisme lebih ditujukan pada negara-negara di Timur Tengah dan biasanya ditujukan untuk Hamas, Jihad Islam yang sesungguhnya memperjuangkan Palestina yang telah dianeksasi Israel sejak 1960-an. Sedangkan serangan Israel atas Palestina hanya disebut balasan.
Inkonsistensi terminologi terorisme yang bertentangan dengan kenyataan juga dianut undang-undang antiteroris AS. Terorisme sebagaimana diungkap dalam UU Terorisme berkaitan dengan penggunaan kekuatan dalam mencapai tujuan politik.
Menurut UU tersebut, ada dua kelompok yang termasuk kategori teroris. Pertama, bangsa atau grup yang menggunakan kekuatan. Kedua, bangsa-bangsa yang membuat keputusan berdasarkan ideologi. Berdasarkan ideologi itu mereka menggunakan kekuatan.
Kalau kita simak kelompok kedua, tampak bahwa AS terjebak dalam perumusan terorisme. AS sudah tentu mempunyai kepentingan mempertahankan dan menyebarluaskan ideologi kapitalismenya, termasuk berbagai kepentingan nasional. Di bidang ekonomi, instrumen yang sering digunakan adalah liberalisasi perekonomian dunia.
AS membuat dan mendominasi sistem ekonomi dengan berbagai perangkatnya seperti IMF, Bank Dunia, mata uang dolar, sistem bursa, dan sebagainya. Di bidang politik, menyebarluaskan ide HAM dan demokrasi. Dua pilar ini merupakan inti ideologi kapitalisme. Tidaklah mengherankan jika AS demikian bersemangat menjajakan kedua perkara tersebut kepada masyarakat internasional.
Dengan kata lain, hendak menjadikan kapitalisme sebagai agama baru. Sebab, penjajahan merupakan metode bagi penyebarluasan kapitalisme. Penjajahan ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti dalam penjajahan militer, ekonomi, dan kebudayaan.
Ideologi Kapitalisme
Melindungi kepentingan nasional paling tidak dapat dilihat dalam pernyataan mantan presiden Bill Clinton pada Juli 1994. Dia menyatakan, "Melindungi keamanan nasional warga negara, teritorial, dan pandangan hidup kami adalah tugas terpenting dan konstitusional dari pemerintahan kami.''
Dari konsepsi ideologi kapitalisme dan metode penyebarannya melalui imperialisme, tampak bahwa AS sebagai sebuah bangsa telah menggunakan kekuatannya dan sebagai sebuah bangsa pula telah membuat keputusan berdasar ideologi. Ideologi itu menggunakan kekuatan.
Tindakan yang demikian dapat dilihat pada 1986, yakni saat itu Ronald Reagan melakukan pengeboman terhadap Libya karena dianggap menentang aturan. Hal yang sama dilakukan George Bush menyerang Irak. George Bush saat itu melegalisasi tindakannya dengan pernyataan, "Tugas kita, pandangan hidup kita, dan kebebasan negara-negara sahabat di seluruh dunia akan terganggu kalau kontrol terhadap cadangan minyak terbesar dunia (Arab Saudi) jatuh ke tangan Saddam.''
Contoh lain tindakan imperialisme untuk menyebarkan ideologinya, yaitu dengan menghabisi ideologi lain sebagai rivalnya. Runtuhnya Uni Soviet pada era 1990-an makin memantapkan AS menyebarkan ideologinya dengan membungka ideologi rivalnya (komunisme).
Opini Keliru
Sebagai contoh di Vietnam, AS menjatuhkan bom Napalm dan agen Orange yang membunuh ratusan orang dan merusak tanah di sana. Campur tangan di Vietnam dalam rangka membela sekutu dekatnya (Vietnam Selatan) yang terancam oleh komunis dan dianggap membahayakan kepentingan AS. Begitu pula yang terjadi di Indonesia, pemberantasan PKI dengan G 30 S-nya yang beraliran komunis konon tidak terlepas dari campur tangan CIA dalam melicinkan jalan memberantas komunisme.
Setelah membungkam komunis dan berjaya dalam kapitalisme, AS paling tidak harus menghadapi Islam sebagai sebuah ideologi. Samuel P Huntington dalam bukunya menyatakan musuh terbesar peradaban barat pada pascaperang dingin adalah Islam. Paling tidak ada dua alasan yang menyebabkan AS sangat memusuhi Islam, mulai dari perangkat ideologis sampai praksis.
Pertama, ada pertentangan ideologi barat yang sekuler dengan ideologi Islam. Islam sebagai sebuah ideologi dengan seperangkat aturan kehidupan yang khas. Pandangan hidup dan aturan ini secara langsung bertentangan dengan nilai-nilai sekulerisme.
Islam bukanlah sekadar agama spiritual yang hanya mengatur hubungan yang bersifat individual antara manusia dan tuhannya, melainkan juga merupakan akidah politis yang secara menyeluruh mengatur aspek kehidupan manusia, baik ekonomi, politik, tata negara, kebudayaan, pertahanan-keamanan, maupun pendidikan.
Pemikiran Islam ini berbeda dari pemikiran Barat yang berdiri di atas asas sekularisme dan materialisme. Dalam pandangan sekular, agama tidak boleh berperan dalam masalah sosial-kemasyarkatan. Agama disempitkan sebatas mengurusi persoalan individu.
Lebih jauh lagi sumber ideologi Islam adalah tauhid, yakni penghambaan manusia hanya kepada Allah. Dalam turunannya, prinsip tauhid ini mewujud dalam pengamalan syariat Islam dalam segenap aspek kehidupan. Sebaliknya, ideologi Barat dibangun atas dasar filsafat humanisme dan liberalisme. Ideologi ini kemudian menyerahkan kedaulatan membuat hukum pada akal manusia berdasarkan asas manfaat.
Kedua, sebagai turunan dari pertentangan ideologi ini, antara Islam dan pendukung sekularisme akan muncul konflik kepentingan, terutama dalam masalah politik. Kemunculan kekuatan politik Islam sebagai sebuah peradaban yang agung dan mulia akan menggeser status quo peradaban Barat.
Sebaliknya, dominasi peradaban Barat yang sekuler secara habis-habisan akan berusaha tetap dipertahankan. Dalam hal ini, yang ditakutkan oleh Barat adalah kemunculan Islam sebagai kekuatan politik. Islam yang disempitkan sebagai agama individual tidak akan membahayakan kepentingan Barat. Namun Islam sebagai kekuatan politik akan muncul dalam bentuk Daulah Khilafah Islamiyah.
Daulah ini akan melepaskan diri dari kebergantungan Barat, menerapkan aturan Islam secara total, membebaskan negeri-negeri Islam yang terjajah, mempersatukan wilayah kaum muslim, dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia.
Dalam frame media massa Barat, Islam sebagai kekuatan politik ini disebut fundamentalisme, radikalisme, dan militan. Islam yang seperti inilah yang dihalangi kebangkitannya antara lain dengan jalan membentuk opini yang keliru tentang Islam.  

0 komentar:

Posting Komentar